Ketika Lewis
masih kecil, dia mengalami pukulan keras waktu dia berusia 10 tahun. Ibunya
(Flora Lewis) meninggal karena kanker yang dideritanya. Dia berharap dan berdoa
kepada Tuhan dengan harapan ibunya akan sembuh dengan mujizatNya. Karena, bagi dia
Tuhan adalah pesulap yang serba bisa.
Tidak sampai
sebulan setelah kematian Ibunya, Warren dan Lewis dikirim ke sekolah Wynyard di Watford , Hertfordshire, di
Inggris. Lewis membenci sekolahnya itu; Dia benci peraturan yang ketat, dia
membenci kepala sekolahnya yang dingin, dia merindukan Little Lea, rumahnya di
Belfast, Irlandia. Sewaktu dia di sekolahkan di inggris, dia mengembangkan
kemampuan berbahasa, ia akhirnya menguasai Bahasa Prancis, Jerman, dan italia.
Dan dia juga mulai mencintai puisi, terutama karya-karya Virgil dan Homer.
Didalam masa
remajanya ini, ketika ia mulai membaca berbagai tulisan dan buku-buku, Lewis
mulai berpikir mengenai kehidupan dan mengenai Tuhan. “Hidup” kata Lewis kepada
seorang temannya, “isinya hanyalah semester, liburan, semester, liburan, sampai
masa sekolah kita selesai, lalu bekerja, bekerja, bekerja, sampai kita mati!”
Di
sekolahnya, Lewis memiliki ibu asrama yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan),
yang sangat mempengaruhi pikirannya. Ibu asrama ini sering mengajak Lewis dan
temannya berdiskusi. Selain itu, Lewis juga tertarik dan dipengaruhi
mitologi-mitologi sampai ia melihat kepercayaan dan agama sebagai suatu nonsense. Ia menjauhi Kekeristenan. Ia
juga belajar didawah seorang guru, William Krikpatrick, yang adalah seorang
atheis. Krikpatrick menantang Lewis untuk berpikir dengan kemampuannya sendiri
dan meninggalkan ide-ide konvensional mengenai agama dan kepercayaan. Akhirnya
pada usia 15 tahun, Lewis mengakui dirinya sebagai seorang atheis.
Tahun 1916,
Jack diterima di University College, Oxford University. Tahun 1925 setelah
menyelesaikan bidang litelatur Yunani dan Latin, Filsafat dan sejarah, juga
litelatur Inggris, Lewis diminta untuk mengajar Bahasa inggris di Magdalen
College, Oxford. Ia bekerja di Oxford selama 29 tahun sebulum akhirnya menjadi
professor litelatur pada tahu n1955.
Hal yang
paling menarik dari hidup lewis di Oxford adalah persahabatanya; pertemuan
rutin Ingklings. Ingklings adalah kelompok Lewis bersama dengan teman-teman dan
kolega-koleganya, termasuk kakaknya Warren Lewis, dan J.R.R. Tolkien (penulis
seri Lord of The Rings). Mereka
saling membaca dan mendiskusikan buku-buku yang mereka tulis, atau untuk
ngobrol satu dengan yang lain. Dan melalui perbincangan dengan teman-temannya
inilah, Lewis menemukan imanya kembali kepada Yesus Kristus pada usia 33 tahun.
Clive Staples Lewis (29 November 1898 - 22 November 1963) adalah seorang
novelis Inggris, penyair, akademik, kritikus sastra, penulis esai, teolog, penyiar, dosen, dan apologis
Kristen . Dia memegang posisi akademik di kedua Universitas
Oxford ( Magdalen College ), 1925-1954, dan Cambridge
University ( Magdalene College ), 1954-1963. Dia terkenal karena karya fiksi, terutama The Screwtape Letters , The
Chronicles of Narnia , dan The
Space Trilogy , dan untuk apologetika Kristen non-fiksi, seperti Mere
Christianity, dan The
Problem of Pain .