Selasa, 22 November 2016

C.S. Lewis

Ketika Lewis masih kecil, dia mengalami pukulan keras waktu dia berusia 10 tahun. Ibunya (Flora Lewis) meninggal karena kanker yang dideritanya. Dia berharap dan berdoa kepada Tuhan dengan harapan ibunya akan sembuh dengan mujizatNya. Karena, bagi dia Tuhan adalah pesulap yang serba bisa.
Tidak sampai sebulan setelah kematian Ibunya, Warren dan Lewis dikirim ke sekolah Wynyard di Watford , Hertfordshire, di Inggris. Lewis membenci sekolahnya itu; Dia benci peraturan yang ketat, dia membenci kepala sekolahnya yang dingin, dia merindukan Little Lea, rumahnya di Belfast, Irlandia. Sewaktu dia di sekolahkan di inggris, dia mengembangkan kemampuan berbahasa, ia akhirnya menguasai Bahasa Prancis, Jerman, dan italia. Dan dia juga mulai mencintai puisi, terutama karya-karya Virgil dan Homer.
Didalam masa remajanya ini, ketika ia mulai membaca berbagai tulisan dan buku-buku, Lewis mulai berpikir mengenai kehidupan dan mengenai Tuhan. “Hidup” kata Lewis kepada seorang temannya, “isinya hanyalah semester, liburan, semester, liburan, sampai masa sekolah kita selesai, lalu bekerja, bekerja, bekerja, sampai kita mati!”
Di sekolahnya, Lewis memiliki ibu asrama yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan), yang sangat mempengaruhi pikirannya. Ibu asrama ini sering mengajak Lewis dan temannya berdiskusi. Selain itu, Lewis juga tertarik dan dipengaruhi mitologi-mitologi sampai ia melihat kepercayaan dan agama sebagai suatu nonsense. Ia menjauhi Kekeristenan. Ia juga belajar didawah seorang guru, William Krikpatrick, yang adalah seorang atheis. Krikpatrick menantang Lewis untuk berpikir dengan kemampuannya sendiri dan meninggalkan ide-ide konvensional mengenai agama dan kepercayaan. Akhirnya pada usia 15 tahun, Lewis mengakui dirinya sebagai seorang atheis.
Tahun 1916, Jack diterima di University College, Oxford University. Tahun 1925 setelah menyelesaikan bidang litelatur Yunani dan Latin, Filsafat dan sejarah, juga litelatur Inggris, Lewis diminta untuk mengajar Bahasa inggris di Magdalen College, Oxford. Ia bekerja di Oxford selama 29 tahun sebulum akhirnya menjadi professor litelatur pada tahu n1955.
Hal yang paling menarik dari hidup lewis di Oxford adalah persahabatanya; pertemuan rutin Ingklings. Ingklings adalah kelompok Lewis bersama dengan teman-teman dan kolega-koleganya, termasuk kakaknya Warren Lewis, dan J.R.R. Tolkien (penulis seri Lord of The Rings). Mereka saling membaca dan mendiskusikan buku-buku yang mereka tulis, atau untuk ngobrol satu dengan yang lain. Dan melalui perbincangan dengan teman-temannya inilah, Lewis menemukan imanya kembali kepada Yesus Kristus pada usia 33 tahun.

Clive Staples Lewis (29 November 1898 - 22 November 1963) adalah seorang novelis Inggris, penyair, akademik, kritikus sastra, penulis esai, teolog, penyiar, dosen, dan apologis Kristen . Dia memegang posisi akademik di kedua Universitas Oxford ( Magdalen College ), 1925-1954, dan Cambridge University ( Magdalene College ), 1954-1963. Dia terkenal karena karya fiksi, terutama The Screwtape Letters , The Chronicles of Narnia , dan The Space Trilogy , dan untuk apologetika Kristen non-fiksi, seperti Mere Christianity, dan The Problem of Pain .


Yesus disalib? mana buktinya?

banyak orang mencari tahu apakah Yesus disalib atau digantikan oleh orang lain. Tidak hanya orang non-Kristen saja yang bertanya-tanya mungkin sebagian orang Kristen juga. Banyak orang yang menganggap penyaliban Yesus itu tidak pernah terjadi, Yesus tidak disalib, Dia digantikan. Apakah sejarah berkata demikian?

nah ada yang tahu tokoh ini ngak? Nama  aslinya  adalah  Joseph  bin  Matthias,  seorang  dari  sejarawan  Yahudi  yang  berasal  dari 
keluarga imam, lahir pada tahun 37 M di Yerusalem dan meninggal tahun 100 M di Roma. Di tahun 93 M ia menulis buku Antiquitates Judaicae atau Jewish Antiquities yang terdiri dari 20 buku yang melukiskan sejarah Yahudi dari penciptaan hingga pecahnya pemberontakan tahun 66 – 70 M dan kehancuran kota Yerusalem. Dalam buku ke-18 dari Antt. (18,55-89) dia melukiskan situasi  Palestina  ketika  Pilatus  menjadi  prefect  Romawi  di  sana.  Dalam  bagian  ini  ada  yang disebut dengan Testimonium Flavianum yakni kesaksian Flavius Josephus tentang Yesus, yakni pada Antt. 18,63-64. Teks selengkapnya sebagai berikut4:
Pada  masa  inilah  muncul  Yesus,  seorang  yang  bijaksana,  kalau  boleh  dia  disebut  manusia. Karena  dia  adalah  seorang  yang  mengerjakan  perbuatan-perbuatan  yang  menakjubkan  dan seorang  guru  bagi  mereka  yang  menerima  kebenaran  yang  menyenangkan,  dan  dia  telah memikat banyak orang Yahudi dan orang Yunani. Dia ini adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas desakan  orang-orang  penting  di  antara  kita,  telah  menghukumnya  di  kayu  salib,  mereka  yang sejak  semula  mengasihinya  tidak  berhenti  [mengasihinya]  karena  pada  hari  ketiga  dia  telah menampakkan  diri  kepada  mereka  dalam  keadaan  hidup  kembali.  Para  nabi  Allah  telah menubuatkan  hal  ini  dan  berbicara  tentang  aneka  hal  ajaib  tentang  dia.  Dan  klan  Kristen, demikian disebut menurut [nama] nya, masih bertahan sampai hari ini.
Tacitus adalah seorang sejarawan Romawi yang lahir sekitar 52  –  54 M dan meninggal sekitar 120 M. Pada tahun 112 / 113 M dia menjadi proconsul / gubernur di Asia. Dia menulis buku Annals yang berisi sejarah kekaisaran Romawi periode 14 M  –  68 M. Dalam bukunya Annals volume  XV,  tentang  Kaisar  Nero  yang  telah  mengkambinghitamkan  orang  Kristen  sebagai penyebab terbakarnya kota Roma, ia menulis dalam Annals 15.44.2-3 sebagai berikut5:
… Nero dari keaiban oleh karena dituduh telah sengaja menimbulkan kebakaran besar di Roma. Jadi  untuk  menghentikan  desas-desus  itu  dia  mengalihkan  tuduhan  dengan  memfitnah  dan menghukum dengan siksaan paling keji terhadap orang-orang yang disebut Kristen, yang dibenci karena  kejahatannya,  Kristus,  dari  mana  nama  ini  berasal,  yang  menderita  hukuman  yang ekstrem  (Dieksekusi)  dalam  pemerintahan  Tiberius,  di  tangan  prokurator  kita,  Pontius  Pilatus, dan sebuah ketidakmasukakalan yang banyak mencelakakan, karena ketika dicek pada waktu itu, meletus lagi tidak hanya di Yudea, sumber pertama kejahatan ini, tetapi bahkan di Roma, dimana segala  kengerian  dan  kebencian  dari  setiap  bagian  dunia  mendapatkan  pusatnya  dan  menjadi popular.
Demikian laporan Tacitus, sejarawan Romawi, yang menuturkan situasi pengikut Kristus di kota Roma. Tentang Kristus, Tacitus menyebutkan bahwa dia telah menderita hukuman yang ekstrem pada masa  pemerintahan  Pontius  Pilatus.  Tidak  disebutkan  secara  eksplisit  cara  eksekusinya, namun hukuman salib merupakan cara eksekusi yang lazim pada masa itu bagi pelaku tindakan kriminal dan pemberontakan. Bdk. dengan Paulus yang dipenggal kepalanya di Roma karena dia mempunyai kewarganegaraan Romawi juga.

Nah dari tokoh-tokoh sejarahwan tersebut kita bisa melihat bahwa Yesus benar-benar disalib. Apa yang dikatakan oleh Alkitab memang adalah suatu kebenaran dan bukannya suatu karangan yang diada-ada oleh pengikut-pengikut Yesus. (Matius 27:1-51, Markus 15:1-46, Lukas 23:1-23, Yohanes 19:1-32)